Jumat, 04 Maret 2016

Valentine and Paragliding

As you know 14th February was a Valentine's Day, ketika banyak orang membicarakannya sebagai hari kasih sayang, hari penuh coklat dan bunga, saya memilih menepi dari hiruk-pikuk perayaan berwarna pink itu. Melintasi jalanan pusat kota, menepi sedikit ke landmark yang baru dari kota ini, dan memulai perjalanan sesungguhnya (haa haa).
Tujuan perjalanan hari minggu ini adalah Gunung Tumpa, kenapa ? hanya demi mendapatkan koleksi foto baru tanpa embel-embel lainnya. Setelah perjalanan yang cukup "menggoyangkan badan" (eh) akhirnya sampailah di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa, yang secara administrasi pemerintahan Kawasan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa  terletak di wilayah Kota Manado seluas ± 165 ha (76,74%) dan Kabupaten Minahasa Utara seluas ± 50 ha (23,26%), Provinsi Sulawesi Utara. Secara geografis, Taman Hutan Raya Gunung Tumpa berdasarkan Peta hasil Tata Batas tahun 1932 dan hasil Rekonstruksi Tahun 1996 terletak pada posisi koordinat 01º33‟16,82” s/d 01º34‟31,86” Lintang Utara dan 124º49‟57,63” s/d 124º51‟06,05” Bujur Timur. Luas wilayah Taman Hutan Raya Gunung Tumpa seluas 215 ha (Dinas Kehutanan,2013). 
Pemandangan dari sini cukup menyegarkan jiwa, hembusan anginnya membelai sukma (tidak percaya? coba saja kesini haha), dan betapa beruntungnya ketika bertemu dengan oom Donny, seorang paraglider dari Kawanua Paragliding Club yang sedang menantikan kedatangan kembali (ckck bahasa-nya mulai berlebihan) crew KPC untuk melakukan "penerbangan" terakhir untuk hari itu.
Rasanya keren ketika bisa melihat lebih dekat mereka (read. paraglider) mempersiapkan diri, menanti angin, run and fly. Tak lelah rasanya melihat mereka terbang-berayun dengan lautan luas membentang, sembari berpikir bagaimana rasanya, kebebasan seperti apa yang mereka dapatkan dan sedikit berpikir tak mustahil mencobanya satu kali, suatu saat nanti ha ha ha.

Selasa, 01 Maret 2016

Sedikit cerita dari tempat 4 tahun bersandar

Hanya sedikit dari banyak cerita yang menggunung dalam benak mereka yang masih bersandar di tempat itu.
Semakin kesini,
Ada yang semakin kesini semakin menjadi, semena-mena, sesuka-sukanya.
Ada yang semakin kesini semakin tak bisa berbuat, diam dan terus mengikuti.
Harusnya semakin kesini semua semakin baik, bukan sebaliknya.
Ada yang dulu punya asa tuk jadi revolusioner yang punya kisah baik, ternyata itu sekedar asa tanpa makna. Karena pada akhirnya dia yang mengaku diri idealis, menggeruskan dirinya sendiri dalam batuan bernama kepentingan.
Dan, semakin kesini, sadar atau tidak sadae tren kebencian, marah cenderung naik dalam beberapa waktu terakhir.
Harapnya, beberapa waktu ini semua bisa segera berbenah, berbalik, memperbaiki diri, memaafkan, dimaafkan, merujuk diri dan menghimpun semua menjadi keluarga yang benar-benar keluarga, bukan slogan, bukan sekedar cerita demi kursi jabatan, demi kepentingan dan demi bonus-bonus tak berfaedah lainnya. Sadarlah yang masih semena-mena, waktumu itu bukan waktumu, hidupmu bukan hidupmu, dan jika boleh aku sedikit berbisik, kembalilah kepada plot ceritamu sendiri, perankan karaktermu sendiri, jadilah aktor yang baik dalam ceritamu bukan cerita orang lain.

Akhir Februari, 2016