BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Magang adalah kegiatan
mandiri mahasiswa yang dilakukan diluar lingkungan kampus untuk mendapatkan
pengalaman kerja praktis yang berhubungan dengan bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat, terutama dalam bidang Epidemiologi, melalui metode observasi dan
partisipasi (FKM,2014).
Kegiatan
magang dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang. Melalui pelaksanaan kegiatan magang
yang berbobot 3 SKS sebagai salah satu
mata kuliah wajib dalam kurikulum Sarjana Kesehatan Masyarakat diharapkan para
lulusan Fakultas Keshatan Masyarakat memiliki bekal pengalaman yang bersifat
akademik dan profesional sehingga lebih kompetitif atau mampu bersaing dalam
pasar kerja yang ada (FKM,2014).
Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Azwar, 2010). Seiring dengan
perkembagan zaman, perhatian terhadap perkembangan penyakit tidak menular
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberi andil pada perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan sosial
ekonomi, yang akhirnya memicu peningkatan penyakit tidak menular (Bustan,2007).
Hipertensi
adalah salah satu penyakit tidak menular yang patut di waspadai. Di Indonesia,
selain karena prevalensinya yang tinggi, hipertensi merupakan masalah yang
serius karena penyakit yang diakibatkan sangat fatal, seperti penyakit jantung,
stroke, gagal ginjal dan lain-lain (Sugiharto dkk,2006). Hipertensi merupakan
penyakit degeneratif dengan prevalensi 8-18% di Asia dan Indonesia sebesar
15-20% pada tahun 2009 (Ariani,2013). Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Diperkirakan terdapat
15 juta penderita dan hanya 4% dengan hipertensi terkontrol, 50% penderita
hipertensi tidak menyadari diri bahwa menderita hipertensi. Sebanyak 90% adalah
penderita hipertensi esensial yang tidak diketahui seluk-beluk penyebabnya
(Bustan,2007).
1.2 Tujuan
Magang
1.
Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang,
peserta mgang telah mampu dan terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan praktik yang diperoleh pselama menempuh pendidikan di FKM-Unsrat, serta
memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana Kesehatan
Masyarakat di instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.
2.
Tujuan Khusus
a.
Bagi Peserta Magang
1. Mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi, sistem manajemen, prosedur
kerja dan ruang lingkup pelayanan di tempat magang khususnya di Instalasi Rekam
Medik Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara.
2. Mampu
mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah (problem solving) di tempat
magang.
3. Mampu
melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan dalam bidang Ilmu
Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat yang digeluti.
4. Mampu
bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat
bersama baik bagi peserta magang maupun instansi tempat magang.
b.
Bagi Fakultas dan Tempat Magang
1. Fakultas
mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum dalam upaya
mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Memberikan
masukan yang bermanfaat bagi tempat magang.
3. Membina
dan meningkatkan kerja sama antara FKM dengan instansi/unit kerja pemerintah
maupun swasta tempat mahasiswa melaksanakan magang.
4. Membuka
peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di instansi/unit kerja
pemerintah maupun swasta.
1.3 Manfaat
Magang
a. Bagi
Mahasiswa
1. Mendapatkan
pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan Bidang Ilmu Kesehatan
Masyarakat, terutama di bidang Epidemiologi.
2. Terpapar
dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan
pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap permasalahan
yang ditemukan di tempat magang.
4. Memperkaya
kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat terutama sesuai bidang minat yang
digeluti.
5. Penemuan
baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah kesehatan.
6. Memperoleh
gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapatkan
bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.
b. Bagi
Tempat Magang
1. Tempat
magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian
tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di unit kerja masing-masing.
2. Tempat
magang mendapatkan alternatif calon pegawai/karyawan yang telah dikenal
kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut
berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam
menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil dan memiliki pengalaman kerja.
c. Bagi
Fakultas
1. Laporan
magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas pengajaran.
2. Memperkenalkan
program kepada stakeholders terkait.
3. Mendapatkan
masukan bagi pengembangan program.
4. Terbinanya
jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan
dan kesepadanan antara substansi akademik dengan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (FKM,2014).
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Analisis
Situasi Umum
2.1.1
Sejarah
Rumah Sakit Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara bermula dari sebuah rumah sakit yang didirikan sekitar tahun 1934 dengan
nama “Doorgangshuis Voor Krankzinnigen” dengan
kapasitas keseluruhan 46 tempat tidur (TT), yang oleh masyarakat lebih dikenal
dengan “Rumah Putih” atau “Witte Huis” yang
tenaganya terdiri dari tentara Belanda dibantu oleh para petugas dari Rumah
Sakit Umum Manado. Tempat perawatan ini merupakan tempat penampungan sementara
para penderita gangguan jiwa, karena sewaktu-waktu para pasien diangkut/dipindahkan
ke Rumah Sakit Jiwa Lawang (Annonymous.
2011)
Pada
tahun 1951, atas perjuangan Prof. dr. V.L. Ratumbuysang sebagai Psikiater
pertama putra daerah ini, Rumah Sakit memperoleh status menjadi Rumah Sakit
Jiwa Manado (RSJ Manado) dan Prof. dr. V.L. Ratumbuysang diangkat menjadi
Direktur pertama (Annonymous.
2011).
Dalam
perkembangannya RSJ Manado menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Manado Kelas
A, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI, dengan kapasitas 250 tempat tidur (TT). Tahun 2000 RSJP Manado
diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sebagai tindak lanjut
pemberlakuan otonomi daerah. Dalam Perda Provinsi Sulawesi Utara No.15 tahun
2002 yang mengatur legalitas lembaga ini sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) Provinsi Sulawesi Utara maka ditetapkan nomenklatur Rumah Sakit Umum
Prof. dr. V.L. Ratumbuysang. Nama Ratumbuysang dipakai untuk menghormati Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang sebagai tokoh yang berjasa dalam merintis keberadaan lembaga
ini (Annonymous. 2012).
Dengan
dikeluarkannya Peraturan Daerah melalui Surat Keputusan Gubernur No. 74 tahun
2003, rumah sakit telah berupaya mengembangkan pelayanan menjadi dua bagian
besar yakni pelayanan kesehatan jiwa dan napza dan pelayanan kesehatan umum
sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat. Sebagai rumah sakit rujukan bidang
kesehatan jiwa di Provinsi Sulawesi Utara, Rumah Sakit Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara memiliki wilayah cakupan meliputi daerah
lintas Provinsi Sulawesi Utara antara lain Provinsi Gorontalo, Provinsi Maluku
Utara dan Provinsi Papua Bagian Utara (Annonymous, 2012).
Dalam
pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 2007 dan Peraturan Daerah No. 4
tahun 2008, telah ditetapkan pembentukan Rumah Sakit Khusus Daerah Kelas A
dengan tingkat Eselon II B sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara dengan direktur yang bertanggung jawab terhadap Gubernur melalui
Sekretaris Daerah Provinsi. Pada tahun 2012 melalui Peraturan Daerah No. 6
tahun 2011 nomenklatur kembali berubah dengan nama Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara (Annonymous, 2012).
2.1.2
Visi dan Misi Rumah Sakit
Rumah Sakit Jiwa Prof.
dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara memiliki Visi dan Misi sebagai
berikut:
a.
Visi :
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Bermutu dan Mandiri”
b.
Misi :
1) Menjadikan
Rumah Sakit unggulan dan terakreditasi dalam pelayanan kesehatan, khususnya
kesehatan jiwa.
2) Memberikan
pelayanan yang profesional dan berkualitas.
3) Menciptakan
lingkungan rumah sakit yang aman, nyaman dan sehat.
Dengan
komitmen Visi dan Misi Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi
Sulawesi Utara tersebut dituntut untuk semakin peka terhadap segala bentuk
keluhan masyarakat, khususnya di wilayah cakupannya sehingga secara terus
menerus dapat meningkatkan mutu pelayanan dan pada akhirnya pelayanan yang
diberikan akan berorientasi pada kepuasan pelanggan (Costumer Satisfaction).
Pelayanan
kesehatan rumah sakit berkembang dari wahana pengobatan menjadi pemeliharaan
kesehatan sebagai tuntutan agar semakin proaktif dalam menunjang upaya
kesehatan.Pelayanan yang dilakukan tidak hanya di lingkungan rumah sakit tetapi
juga memberikan bimbingan dan rujukan kepada pelayanan kesehatan dasar. Dengan
demikian Rumah Sakit berfungsi sebagai pusat sumber daya yang bertanggung jawab
terhadap pembinaan jaringan rujukan di wilayah kerjanya (Center of Excellence).
Seiring dengan kemajuan
teknologi sebagai informasi yang diterima dengan cepat oleh masyarakat, bidang
kesehatan pun menjadi perhatian tersendiri. Informasi tentang pelayanan kesehatan
merupakan salah satu kemajuan bidang
kesehatan yang diharapkan masyarakat. Pelayanan rumah sakit yang lebih maju
menjadi tolak ukur masyarakat untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit lainnya
atau di setiap institusi pelayanan yang ada. Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat berusaha untuk
dapat memberikan pelayanan yang diharapkan berdasarkan kemampuan yang ada
sesuai visi dan misi (Annonymous,
2012).
2.1.3
Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai ketentuan Peraturan Daerah
No. 4 tahun 2008 Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi
Utara dengan tingkat eselon II B sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan
Direktur yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi
memiliki tugas pokok dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya saing
dan berhasil guna promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang
kesehatan jiwa, napza dan umum serta upaya rujukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pelaksanaan tugas pokok seperti tersebut diatas, Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara memiliki fungsi
sebagai berikut :
1)
Perumusan kebijakan teknis,
2)
Penyusunan perencanaan, pengkoordinasian, dan
pembinaan pelaksanaan tugas,
3)
Pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang
Provinsi Sulawesi Utara,
4)
Penyelenggaraan pelayanan medik jiwa, napza dan
umum,
5)
Penyelenggaraan pelayanan penunjang medik dan non
medik,
6)
Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan,
7)
Penyelenggaraan pelayanan rujukan,
8)
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan,
9)
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan,
10) Penyelenggaraan administrasi umum dan
keuangan,
11) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Gubernur (Annonymous. 2012).
2.1.4
Struktur Organisasi
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara
memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
1.
Direktur :
dr. Jemmy J.R. Lampus
2.
Wakil Direktur Umum dan keuangan : Herry Pohajow,
S.Sos, M.Si
3.
Wakil direktur pelayanan medis dan perawatan : dr.
Enricho H. Rawung, MARS
4.
Kepala bagian tata usaha: Deane G. Suwuh, S.Sos
Kepala sub bagian hukum
dan kepegawaian : Marhana Piay, S.Sos
Kepala sub bagian umum
dan perlengkapan : Ruddy H. Karundeng
5.
Kepala bagian perencanaan dan program: Dra. Helena
Kano
Kepala sub bagian
perencanaan dan penyusunan anggaran :
Jantje Rantung, S.Sos
Kepala sub bagian
pengolahan data dan pelaporan : E. Ratnawati, S.Psi, M.Si
6.
Kepala bagian keuangan : Jurike G.P. Moningka,
S.Sos, M.Si
Kepala sub bagian perbendaharaan : Veronika Piri,
SE
Kepala sub bagian akuntansi dan verifikasi : Johan
Walangitan, SE
7.
Kepala bidang pelayanan medis : dr. Jefry Dengah
Kepala seksi pelayanan rekam medis : Arman Bukasa,
AMdKep
Kepala seksi pelayanan medis : dr. Earlyna Ombuh
8.
Kepala bidang keperawatan : Ns. Nofie Rumampuk,
S.Kep
Kepala seksi asuhan
dan mutu perawatan : Ns.Telly Pola, S.Kep
Kepala seksi tenaga dan sarana keperawatan :
Melania Lumeno, S.Kep
9.
Kepala bidang penunjang medis : Didik Djunaedi, SE
Kepala seksi penunjang medis : Linda Paudi, S.Psi
Kepala seksi pengembangan rumah sakit : Ineke
Ratulolos, M.Kes
10.
Komite medik dan komite perawatan
11.
Satuan pengawas intern
12.
Instalasi penunjang medik dan non medik
2.1.5
Sumber Daya Kesehatan
2.1.5.1 Sarana Prasarana
Gedung yang tersedia di Rumah Sakit
Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara menempati lahan seluas
± 4,34 Ha (43.420 m2) dengan perincian masing-masing gedung sebagai
berikut:
Tabel 1. Luas Gedung Rumah Sakit
Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang
No
|
Nama
Gedung
|
Luas
m²
|
Kondisi
|
||
Baik
|
Rusak
Ringan
|
Rusak Berat
|
|||
1
|
Instalasi Rawat Inap Psikiatri
|
2011
|
√
|
||
2
|
Instalasi R. Inap Med Umum
|
300
|
√
|
||
3
|
Instalasi Obsgin
|
334,5
|
√
|
||
4
|
Instalasi Rawat Darurat
|
529
|
√
|
||
5
|
Instalasi Gawat Darurat Umum
|
246
|
√
|
||
6
|
Instalasi Gawat Darurat Psikiatri
|
470
|
√
|
||
7
|
Instalasi Rawat Rawat
Jalan
|
381
|
√
|
||
8
|
Ruang Poli Kesehatan Gigi & Mulut
|
112
|
√
|
||
9
|
Instalasi Rawat Inap Anak
|
275
|
√
|
||
10
|
Instalasi Farmasi
|
300
|
√
|
||
11
|
Instalasi Laboratorium
|
80
|
√
|
||
12
|
Instalasi Radiologi
|
72
|
√
|
||
13
|
Instalasi
Gizi & Dapur
|
228
|
√
|
||
14
|
Rehabilitasi Psikiatri & IPSRS
|
200
|
√
|
||
15
|
Gedung Klinik Aesculap (Napza)
|
240
|
√
|
||
16
|
Laundry & Linen
|
60
|
√
|
||
17
|
Kamar Jenazah (Pemulasaraan)
|
12
|
√
|
||
18
|
Gudang Perlengkapan
|
60
|
√
|
||
19
|
Ruang Kantor & Aula
|
260
|
√
|
||
20
|
Rumah Kompleks
|
1940
|
√
|
||
21
|
Pos Jaga
|
24
|
√
|
||
Jumlah
|
8134,5
|
||||
Sumber : LPPD 2012
|
Untuk kendaraan bermotor Rumah Sakit
yang layak pakai relatif sedikit yaitu 6 (enam) unit mobil, 4 (empat) unit mobil diantaranya dalam
kondisi baik sedangkan 2 (dua) unit mobil lainnya mengalami rusak ringan, namun
masih dapat digunakan (Annonymous.
2012).
2.1.5.2
Ketenagaan
Terselenggaranya seluruh kegiatan didukung oleh ketersediaan tenaga
sebagai berikut :
Tabel 2. Tenaga Kesehatan Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. V. L. Ratumbuysang
Pendidikan
|
Jumlah
|
Spesialis Penyakit Jiwa
|
2 orang
|
Spesialis Anak
|
5 orang
|
Spesialis OBS-GIN (Kebidanan dan kandungan)
|
3 orang
|
Spesialis Mata
|
2 orang
|
Spesialis Saraf
|
2 orang
|
Spesialis Radiologi
|
1 orang
|
Spesialis Penyakit Dalam
|
2 orang
|
Spesialis Kulit Kelamin
|
1 orang
|
Dokter Umum
|
29 orang
|
Dokter Gigi
|
3 orang
|
Sarjana Keperawatan
|
9 orang
|
Nurse
|
10 orang
|
D3 Keperawatan
|
54 orang
|
D1 SPK Spesialis Jiwa
|
3 orang
|
SPRB
|
1 orang
|
SPK
|
54 orang
|
Pembantu Paramedis
|
1 orang
|
Penjenang Kesehatan
|
1 orang
|
D3 Kebidanan
|
9 orang
|
D1 Bidan
|
1 orang
|
Bidan
|
12 orang
|
SPR Gigi
|
7 orang
|
Apoteker
|
5 orang
|
SMF
|
13 orang
|
D3 Fisioterapi
|
3 orang
|
D3 Kesehatan Lingkungan
|
5 orang
|
D3 Gizi
|
7 orang
|
D3 Analisis Kesehatan
|
1 orang
|
D3 Teknik Elektromedik
|
1 orang
|
SPAG
|
1 orang
|
Pekarya Kesehatan
|
2 orang
|
Magister Kesehatan
|
3 orang
|
Magister Sains
|
3 orang
|
Magister Pendidikan
|
1 orang
|
Sarjana Psikologi
|
3 orang
|
Sarjana Kesehatan Masyarakat
|
4 orang
|
Sarjana Sains
|
1 orang
|
Sarjana Hukum
|
2 orang
|
Sarjana Ekonomi
|
5 orang
|
Sarjana Ilmu Komunikasi
|
1 orang
|
Sarjana Sosial
|
6 orang
|
Sarjana Pendidikan
|
2 orang
|
D3 Teknik Elektro
|
2 orang
|
D3 Perbankan
|
1 orang
|
D3 Komputer
|
1 orang
|
SMA
|
24 orang
|
STM Listrik
|
2 orang
|
SKKA/Tata Boga
|
1 orang
|
KPAA
|
2 orang
|
SMP
|
2 orang
|
Jumlah
|
317 Orang
|
Sumber : Profil Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.
L. Ratumbuysang Manado 2011
2.1.6
Pokok
Kegiatan
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit sebagaimana
tersebut diatas, maka dijabarkan pokok-pokok kegiatan Rumah Sakit sebagai
berikut :
1. Kegiatan Intramural (di dalam tembok Rumah
Sakit) :
a.
Pelayanan
kedaruratan
b.
Pelayanan
rawat jalan
c.
Pelayanan
rawat inap
d.
Pelayanan
rehabilitasi pasien mental / psikososial
e.
Pelayanan
penunjang lainnya.
2. Kegiatan Ekstramural (di luar tembok Rumah
Sakit) :
a.
Pelayanan
kesehatan jiwa konsultatif di RSU dan Puskesmas
b.
Penyuluhan
kesehatan jiwa
c.
Kunjungan
rumah
d.
Penjaringan
dan penanggulangan gelandangan psikotik
e.
Pendidikan
pelatihan dan penelitian kesehatan jiwa
f.
Kerjasama
lintas sektor
2.1.7 Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. V.L.
Ratumbuysang antara lain:
1.
Pelayanan
rawat jalan
a. Psikiatri dan Ketergantungan Napza
b. Gigi dan Mulut
c. Umum dan Spesialistik (Penyakit Dalam,
Kebidanan & Kandungan, Anak,
Saraf, THT, Bedah, Kulit& Kelamin
dan Mata).
d. Poliklinik Psikologi
e. Poliklinik fisioterapi/Rehabilitasi Medik
f. Gawat Darurat Psikiatri
g. Gawat Darurat Umum
2.
Pelayanan
rawat inap
a.
Kesehatan jiwa dewasa dan usia lanjut
b.
Kesehatan jiwa anak dan remaja
c.
Kesehatan
jiwa gangguan mental organik
d.
Kebidanan
dan Kandungan
e.
Perawatan
Penyakit dalam
f.
Perawatan
Bedah
3.
Pelayanan
Penunjang
a.
Penunjang Diagnostik (Radiologi dan Laboratorium)
b.
Apotik
/ Farmasi
c.
Instalasi
Gizi
d.
Laundry
e.
Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
f.
Pemulasaran
jenazah
g.
Pendidikan dan latihan di bidang kesehatan
(khususnya bidang kesehatan jiwa)
h.
Pelatihan Teknis Kesehatan Jiwa untuk tenaga
kesehatan umum
i.
Pelatihan
Untuk Pendidikan Tenaga Kesehatan (Annonymous. 2011).
2.2
Analisis Situasi Khusus
2.2.1
Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Rekam
Medik
a.
Visi :
“Terciptanya
penyelenggaraan sistem rekam medis yang berkualitas, up to date, dan terpercaya.”
b. Misi :
1.
Memberikan
kepuasan pelayanan bagi pengguna jasa Rumah Sakit
2.
Menjaga
kualitas data rekam medis
3.
Membantu
manajemen Rumah Sakit dalam pengambilan keputusan.
c. Falsafah : Mengutamakan pelayanan bagi
pengguna jasa Rekam Medis.
d. Tujuan : Menjadikan Rekam Medis sebagai pusat
data dan informasi (Annonymous, 2011)
2.2.2 Penyelenggaraan Rekam Medis
Untuk memberi mutu layanan yang baik dan
benar, rumah sakit perlu ditunjang oleh Rekam Medis yang baik dan benar, agar
indikator pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit menjadi baik dan
benar. Organisasi penyelenggaraan Rekam Medis memiliki lingkup kerjasama antara
satuan kerja yang sangat luas, dimulai dengan pimpinan rumah sakit, komite
medik, dokter dan perawat sampai dengan tenaga kesehatan lainnya. Selain
lingkup satuan kerja, ruang lingkup kegiatan Rekam Medis juga luas yaitu mulai
saat pertama menerima pasien di Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan, Gawat
Darurat, maupun Rawat Inap, diteruskan dengan kegiatan pencatatan data rekam
medis pasien selama mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit Jiwa
Prof. dr. V.L. Ratumbuysang,
setelah itu dilanjutkan dengan perakitan rekam medis, pemberian kode diagnosa
dan pengelolaannya (Annonymous, 2011).
2.2.3 Jumlah Pegawai Instalasi Rekam Medik
Tabel 3. Distribusi Jumlah Pegawai Instalasi
Rekam Medik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
|
n
|
%
|
Laki-laki
|
9
|
52.94
|
Perempuan
|
8
|
47.06
|
Jumlah
|
17
|
100
|
Berdasarkan tabel 3, jumlah pegawai di Instalasi Rekam Medik terdiri
atas 9 orang laki-laki dan 8 orang perempuan dengan tugas dan tanggung jawab
yang berbeda.
2.2.4
Struktur Organisasi
Tugas dan fungsi penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang dilakukan oleh satuan kerja dalam bentuk
instalasi yang terdiri atas 3 orang penanggungjawab dan staf. Berikut struktur
organisasi Instalasi Rekam Medik di
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang :
Gambar 1. Struktur Organisasi Instalasi Rekam Medis Rumah
Sakit Jiwa
Prof. dr. V. L.
Ratumbuysang Manado
2.2.5
Distribusi Penyakit Menonjol di Poliklinik Interna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang selama bulan Juli – Desember 2013
Berdasarkan data
registrasi yang dilakukan di Poliklinik Interna, diperoleh distribusi penyakit
menonjol selama bulan Juli – Desember 2013, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4. Distribusi
10 Penyakit Menonjol Bulan Juli 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
243
|
2
|
Diabetes Melitus
|
80
|
3
|
ISPA
|
58
|
4
|
Dyspepsia
|
42
|
5
|
Hiperurisemia
|
39
|
6
|
Dislipidemia
|
28
|
7
|
Tuberculosis Paru
|
24
|
8
|
Myalgia
|
23
|
9
|
Hiperkolesterolemia
|
22
|
10
|
Asthma Bronchiale
|
20
|
Tabel 5. Distribusi
10 Penyakit Menonjol Bulan Agustus 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
216
|
2
|
Diabetes Melitus
|
78
|
3
|
Dyspepsia
|
43
|
4
|
ISPA
|
35
|
5
|
Tuberculosis Paru
|
20
|
6
|
Asthma Bronchiale
|
15
|
7
|
Hiperurisemia
|
11
|
8
|
Myalgia
|
10
|
9
|
Hiperkolesterolemia
|
7
|
10
|
Dislipidemia
|
6
|
Tabel 6. Distribusi
10 Penyakit Menonjol Bulan September 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
173
|
2
|
Diabetes Melitus
|
80
|
3
|
ISPA
|
53
|
4
|
Dyspepsia
|
29
|
5
|
Dislipidemia
|
27
|
6
|
Tuberculosis Paru
|
26
|
7
|
Hiperurisemia
|
15
|
8
|
Asthma Bronchiale
|
14
|
9
|
Myalgia
|
12
|
10
|
CKD
|
10
|
Tabel 7. Distribusi
10 Penyakit Menonjol Bulan Oktober 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
167
|
2
|
Diabetes Melitus
|
89
|
3
|
Dyspepsia
|
26
|
4
|
ISPA
|
19
|
5
|
Hiperurisemia
|
18
|
6
|
Dislipidemia
|
16
|
7
|
Tuberculosis Paru
|
15
|
8
|
Asthma Bronchiale
|
13
|
9
|
Myalgia
|
11
|
10
|
CKD
|
8
|
Tabel 8. Distribusi 10 Penyakit Menonjol
Bulan November 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
95
|
2
|
Diabetes Melitus
|
58
|
3
|
Dislipidemia
|
28
|
4
|
Tuberculosis Paru
|
17
|
5
|
ISK/UTI
|
13
|
6
|
Hiperurisemia
|
12
|
7
|
ISPA
|
12
|
8
|
Asthma Bronchiale
|
11
|
9
|
Dyspepsia
|
8
|
10
|
Gastritis
|
7
|
Tabel 9. Distribusi
10 Penyakit Menonjol Bulan Desember 2013
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
148
|
2
|
Diabetes Melitus
|
49
|
3
|
Dislipidemia
|
23
|
4
|
ISPA
|
14
|
5
|
Tuberculosis Paru
|
12
|
6
|
Dyspepsia
|
12
|
7
|
Asthma Bronchiale
|
11
|
8
|
Hiperurisemia
|
11
|
9
|
ISK/UTI
|
9
|
10
|
CKD
|
7
|
Sumber: Data Registrasi Poliklinik Interna RSJ Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang 2013
BAB
III
HASIL
KEGIATAN
3.1 Uraian Kegiatan
Pelaksanaan magang yang dilaksanakan
selama empat minggu, yaitu mulai dari tanggal 13 Januari 2014 - 13
Februari 2014 di
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara, penulis
ditempatkan di Instalasi
Rekam Medis.
Kegiatan magang ini dilaksanakan 6 hari per minggu yaitu dari hari Senin-Kamis
pada pukul 08.00-14.00 dan pada hari Jumat-Sabtu pada pukul 08.00-12.00.Adapun kegiatan
yang dilakukan Penulis selama magang sebagai berikut:
1.
Melapor
ke bagian Diklit Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang
2.
Menerima
pengarahan yang disampaikan oleh bagian Diklit Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang
3.
Observasi
dan diskusi di
tempat magang
4.
Membersihkan
ruangan rekam medik
5.
Membantu
registrasi pasien di Instalasi Rekam Medik sebagai bentuk
partisipasi terhadap tempat magang,
kegiatan ini dilakukan setiap hari.
6.
Membantu
mencatat berkas rekam medik yang di kembalikan oleh poliklinik jiwa, poliklinik
gigi, poliklinik obs-gyn dan UGD
7.
Membantu
pengambilan berkas rekam medik dan mengantarkannya ke poliklinik, kegiatan ini
dilakukan hampir setiap hari sebagai bentuk partisipasi terhadap tempat magang
8.
Mengetik
- Melakukan konsultasi dengan DPL selama pelaksanaan kegiatan magang, diantaranya mengenai kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang, masalah yang ditemukan di instalasi rekam medik, dan lingkungan rumah sakit
10.
Melakukan
tanya jawab dengan pasien.
11.
Bakti
Sosial bersama staf Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang membersihkan
kota Manado pasca bencana banjir bandang.
3.2 Identifikasi dan Prioritas Masalah
Hasil kegiatan magang yang dilakukan dari tanggal 13 Januari
– 13 Februari 2014 di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Manado adalah
ditemukannya beberapa masalah tentang
penyakit tertinggi sesuai data 10
penyakit menonjol selama bulan Juli-Desember 2013 di Poliklinik Interna.
Tabel 10. Distribusi 10 penyakit menonjol selama bulan
Juli-Desember 2013 di Poliklinik Interna.
No.
|
Penyakit
|
Jumlah
|
1
|
Hipertensi
|
1042
|
2
|
Diabetes Melitus
|
434
|
3
|
ISPA
|
191
|
4
|
Dispepsia
|
160
|
5
|
Dislipidemia
|
128
|
6
|
Tuberculosis Paru
|
114
|
7
|
Hiperurisemia
|
106
|
8
|
Asthma Bronchiale
|
84
|
9
|
Myalgia
|
56
|
10
|
Hiperkolesterolemia
|
29
|
Sumber: Data Registrasi Poliklinik Interna RSJ Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang 2013
Berdasarkan identifikasi masalah
yang dilakukan di RSJ Prof. dr. V.L Ratumbuysang Manado, maka prioritas masalah
yang diangkat dengan melalui wawancara, observasi dan penelusuran dokumen
kepada perawat di Poliklinik Interna adalah Tinjauan Kasus Hipertensi di RSJ Prof.
dr. V.L Ratumbuysang Manado.
Sumber: Data Registrasi Poliklinik Interna RSJ Prof. dr.
V.L. Ratumbuysang 2013
Gambar 2. Distribusi Kasus
Hipertensi Juli-Desember 2013
Berdasarkan gambar diatas, dapat
dilihat jumlah kasus hipertensi yang tinggi dengan jumlah penderita selama
bulan Juli-Desember 2013 sejumlah 1.042, dimana pada bulan Juli terdapat 243
penderita, bulan Agustus terdapat 216 penderita, bulan September 173 penderita,
Oktober 167 penderita, dan menurun menjadi 95 penderita di bulan November dan
meningkat kembali di bulan Desember menjadi 148 penderita.
3.3 Alternatif
Pemecahan Masalah
Analisis
pohon masalah (problem tree analysis) terhadap kasus hipertensi adalah sebagai
berikut :
Gambar
3. Analisis Pohon Masalah Terhadap Kasus Hipertensi
Berdasarkan
analisis pohon masalah terhadap kasus hipertensi di Poliklinik Interna Rumah
Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, ditemukan empat penyebab terjadinya
penyakit hipertensi, yaitu :
1.
Budaya masyarakat, yang mendorong
perubahan gaya hidup masyarakat seperti tinginya konsumsi garam dan makanan
tinggi lemak serta kurang mengkonsumsi makanan berserat, kurangnya aktifitas fisik
masyarakat yang lebih banyak menggunakan kendaraan dibandingkan berjalan kaki,
serta tingkat kesibukan masyarakat yang cukup tinggi sehingga tak memiliki
cukup waktu untuk berolahraga, yang akhirnya menyebabkan obesitas, serta
konsumsi rokok dan minuman beralkohol yang juga merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi yang cukup tinggi.
2.
Pekerjaan yang tidak tepat bagi
masyarakat memicu munculnya masalah ekonomi guna pemenuhan kebutuhan keluarga,
karena kebutuhan keluarga tidak terpenuhi seluruhnya maka menyebabkan
masyarakat mengalami stress. Stress yang tidak terkontrol dapat memicu
terjadinya hipertensi.
3.
Kurangnya sosialisasi berupa penyuluhan
oleh petugas kesehatan menyebabkan masyarakat kurang mengetahui tentang
hipertensi, baik faktor risiko, tanda dan gejala sehingga upaya pencegahan
sulit dilakukan.
4.
Faktor genetik atau riwayat keluarga
hipertensi
Berdasarkan
hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode analisis pohon masalah terhadap
kasus hipertensi di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V. L. Ratumbuysang, maka
alternatif pemecahan masalah yang didapatkan adalah sebagai beikut :
1.
Mendorong masyarakat untuk menciptakan
lapangan pekerjaan sendiri (secara
mandiri) guna pemenuhan kebutuhan keluarga, dan menghindari keadaan stress
karena ekonomi.
2.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang hipertensi, yang
bertujuan untuk mengubah gaya hidup masyarakat dalam hal konsumsi makanan,
meningkatkan aktifitas fisik, menghindari konsumsi rokok dan minuman beralkohol,
serta mengajak masyarakat dengan riwayat keluarga hipertensi untuk rutin
melakukan pemeriksaan tekanan darah.
3.
Menyediakan poster dan leaflet mengenai faktor risiko
hipertensi sebagai upaya promotif dan preventif.
3.4 Kontribusi bagi Instansi dan Peserta Magang
3.4.1
Bagi
Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang
1. Instansi
mendapat tenaga terdidik yang dapat membantu penyelesaian tugas-tugas yang ada
di Instalasi Rekam Medik
2. Instansi
mendapatkan alternatif calon pegawai/karyawan yang telah dikenal kualitas dan
kredibilitasnya.
3. Instansi
dapat menjalin kerjasama yang saling membutuhkan dan bermanfaat dengan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.4.2
Bagi peserta magang
1.
Melalui kegiatan magang ini mahasiswa
mampu mendapat pengetahuan dan
pengalaman belajar di lapangan khususnya bidang Epidemiologi serta mendapat
bahan perbandingan antara ilmu yang didapatkan di kampus dan kenyataan
dilapangan.
2.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi,
menganalisis dan memberikan alternatif pemecahan masalah yang telah dipaparkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hipertensi
Hipertensi adalah
keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan diastoliknya
lebih dari 90 mmHg, yang diukur menggunakan spymomanometer
(Anggreany dkk,2009).
4.2 Jenis
dan Klasifikasi Hipertensi
Jenis
Hipertensi :
Dikenal
berbagai pengelompokan hipertensi :
1. Menurut
kausanya
a. Hipertensi
esensil (hipertensi primer), hipertensi yang tidak jelas penyebabnya
b. Hipertensi
sekunder, hipertensi kausa tertentu
2. Menurut
gangguan tekanan darah
a. Hipertensi
sistolik, peningkatan tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi
diastolik, peningkatan tekanan diastolik saja
3. Menurut
beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi
ringan
b. Hipertensi
sedang
c. Hipertensi
berat
Dikenal
berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat disebut hipertensi.
Untuk itu WHO memakai batasan berikut. HT
jika TDS > 160 mm Hg atau TDD > 95 mm Hg. Macam hipertensi yaitu : HT
ringan : TDD 90-110, HT sedang : TDD 110-130, HT berat : TDD >130.
Menurut
WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan
hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, da diantara nilai tersebut digolongkan
normal tinggi. Seventh Report of the Joint
National Committee VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure memberikan
klasifikasi tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius
dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 11. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
KATEGORI
|
SISTOLIK
|
DIASTOLIK
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Pra Hipertensi
|
120-139
|
80-89
|
Hipertensi
|
≥140
|
≥90
|
Stadium 1
|
140-159
|
90-99
|
Stadium 2
|
160-≥180
|
100-≥110
|
4.3 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target
organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah
jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam
kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada
di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80 %
kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang pada tahun 2025. Menurut
WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di
antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita
tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat.
Dalam penelitian Ekowati Rahajeng, Sulistyowati Tuminah tentang Prevalensi
Hipertensi dan Determinannya di Indonesia yang merupakan hasil analisis data
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 dimana ditemukan bahwa prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional
adalah 32,2% dan prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan
(39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).Prevalensi hipertensi nasional
berdasarkan pengukuran saja adalah 28,3%, Provinsi dengan prevalensi tertinggi
tetap Kalimantan Selatan (35,0%) dan terendah Papua Barat (17,6). Berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat, prevalensi secara nasional
hanya 7,7% dan yang tertinggi didapatkan di Provinsi Sulawesi Utara (11,4%)
serta yang terendah di Papua (4,2%). Sedangkan untuk cakupan tenaga
kesehatannya secara nasional sebesar 24,2% dimana Sulawesi Utara (37,4%) dan
Papua Barat (35,3%) adalah cukup tinggi dibandingkan Sulawesi Barat yang hanya sebesar
13,9% (Rahajeng,Tuminah,2009). Sebagian besar kasus hipertensi belum
terdiagnosis, dapat dilihat dari pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke
atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya
7,2% saja yang sudah mengetahui tentang hipertensi dan hanya 0,4 kasus yang
minum obat hipertensi (Kemenkes,2012).
4.4 Faktor Risiko
Dalam berbagai
penelitian faktor risiko hipertensi dapat di bedakan menjadi dua yaitu faktor
yang dapat dikontrol seperti konsumsi makanan yang mengandung natrium dan
lemak, perilaku merokok, obesitas, dan kurangnya aktifitas fisik, dan untuk
faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu riwayat keluarga, jenis kelamain, dan
umur (Kartikasari,2009). Dalam penelitian Sigarlaki (2006) di Desa Bocor, Jawa
Tengah, faktor risiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan, jumlah penghasilan, jumlah anak dan faktor stress.
Dari
hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena hipertensi. Jenis kelamin juga berpengarih terjadinya
hipertensi karena laki-laki secara umum memiliki tekanan darah lebih tinggi
dibandingkan wanita, hal ini berkaitan dengan hormone seks yang mempengaruhi
sistem rennin angiotensin. Umur pasien yang telah memasuki usia lanjut
mendukung terjadinya hipertensi akan bertambah seiring bertambahnya umur.
Riwayat merokok menjadi faktor penyebab hipertensi selanjutnya, sebab merokok
dapat meningkatkan beban kerja jantung serta menaikkan tekanan darah
(Ariani,2013).
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Margaret M. Harris, dkk. menunjukkan bahwa orang
yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh akan berisiko terserang
hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsi
lemak jenuh. Untuk aktifitas fisik, dalam penelitian Aris Sugiharto bahwa orang
yang tidak biasa berolahraga memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 4,73
kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga ideal dan orang
yang biasa melakukan olahraga tidak ideal memiliki risiko terkena hipertensi
sebesar 3,46 kali dibandingkan dengan orang yang memiliki kebiasaan olahraga
ideal (Kartikasari,2009).
Berdasarkan
analisis po
4.5 Pencegahan
Hipertensi
Tabel 12. Pencegahan
Hipertensi Berdasarkan Level Patogenesis
Level Patogenesis
|
Level Pencegahan
|
Perjalanan HT
|
Intervensi Pencegahan
|
Prepatogenesis
|
Level I :
-
Primordial
-
Promotif
-
Proteksi spesifik
|
-Sehat/normal
-Interaksi trias epidemiolgi
-Belum ada gejala tapi ada resiko
|
-Meningkatkan derajat kesehatan
dengan gizi dan perilaku hidup sehat
-Pertahankan keseimbangan trias
epidemiologi
-Turunkan atau hindari risiko
|
Patogenesis
|
Level II :
-Diagnosa awal
-Pengobatan yang tepat
|
-
HT Ringan
-
Ht Sedang
-
Ht Berat
|
-
Pemeriksaan periodik tekanan darah
-
Hindari lingkungan yang stres
|
Post-Patogenesis
|
Level III :
Rehabilitasi
|
- Komplikasi
- Kronis
- Meninggal
|
-
Jaga Kualitas hidup optimum
|
Sumber
: Bustan,2007
Adapun perencanaan manajemen pelayanan kesehatan dalam upaya
pencegahan dan manajemen hipertensi dalam komunitas dapat dilihat pada Tabel 13
berikut.
Tabel 13. Perencanaan Manajemen Pelayanan Kesehatan
1
|
Besar
masalah
|
Survei populasi tekanan darah dan kontrol
hipertensi
|
2
|
Etiologi
|
Penelitian ekologi (garam dan tekanan darah)
|
Penelitian observasional (berat badan dan
tekanan darah)
|
||
Penelitian eksperimental (penurunan berat
badan)
|
||
Randomized controlled trials
|
||
3
|
Efektivitas
|
Evaluation program screening
|
Studi kepatuhan (complience)
|
||
4
|
Efisiensi
|
Penelitian cost-effectiveness
|
5
|
Implementasi
|
Pengendalian pelaksanaannya di lapangan
|
6
|
Monitoring
|
Program kontrol nasional
|
7
|
Reassesment
|
Assessment personal dan peralatan
|
Efek kualitas hidup
|
||
Pengukuran kembali tingkat tekanan darah populasi
|
Sumber
: Bustan,2007
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengelolah penyakit hipertensi
dan penyakit tidak menular lainnya yaitu:
1.
Mengembangkan dan memperkuat kegiatan
deteksi dini hipertensi secara aktif (skrining)
2.
Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan deteksi dini melalui Posbindu PTM
3.
Meningkatkan akses penderita terhadap
pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM
melalui peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang professional dan kompeten
dalam upaya pengendalian PTM khususnya tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar seperti Puskesmas, peningkatan manajemen pengendalian PTM
secara komprehensif (terutama promotif dan preventif) dan holistik, serta peningkatan
ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana diagnostik
dan pengobatan (Kemenkes RI, 2012).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hipertensi
adalah penyakit tidak menular yang memilik prevalensi paling tinggi berdasarkan
data yang diperoleh dari Poliklinik Interna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang selama bulan Juli-Desember 2013 yaitu sebanyak 1042 penderita.
2. Adapun
alternatif pemecahan masalah yang perlu dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Prof.
dr. V.L. Ratumbuysang melalui hasil analisis pohon masalah adalah sebagai
berikut:
a) Mendorong
masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri (secara mandiri) guna pemenuhan kebutuhan
keluarga, dan menghindari keadaan stress karena ekonomi.
b) Meningkatkan
pengetahuan masyarakat dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang
hipertensi, yang bertujuan untuk mengubah gaya hidup masyarakat dalam hal
konsumsi makanan, meningkatkan aktifitas fisik, menghindari konsumsi rokok dan
minuman beralkohol, serta mengajak masyarakat dengan riwayat keluarga
hipertensi untuk rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah.
c) Menyediakan
poster dan leaflet mengenai faktor
risiko hipertensi sebagai upaya promotif dan preventif.
5.2 Saran
Melalui laporan
pelaksanaan magang ini, saran penulis bagi oleh Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L.
Ratumbuysang serta kepada instansi terkait dalam menanggulangi penyakit
hipertensi, yaitu dengan
1.
Meningkatkan pelayanan kesehatan di
Poliklinik Interna, khususnya kepada pasien hipertensi yang berkunjung dalam
hal melakukan kontrol rutin dan pengobatan secara tepat,
2.
Memanfaatkan sumber daya kesehatan di
Instalasi Rekam Medis untuk ikut serta melaksanakan upaya promotif dan
preventif seperti pembagian leaflet
yang berisi informasi hipertensi bagi pasien yang berkunjung di Instalasi Rekam Medis RSJ. Prof. Dr.
V.L. Ratumbuysang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
A D dkk, 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode
Januari Sampai Juni 2008, Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
Annonymous, 2011, Profil Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang,
Manado
Annonymous, 2011, Buku Pedoman Penyelenggaraan
Rekam Medis RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang, Buku 1, Manado
Annonymous, 2012, LPPD Rumah Sakit
Jiwa Prof. dr. V.L. Ratumbuysang, Manado
Ariani,AD, 2013, Hipertensi Grade II dengan Prediabetes pada Pasien Laki-Laki Lanjut Usia,
Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Azwar, Azrul, 2007, Pengantar
Administrasi Kebijakan Kesehatan Edisi Ketiga, Tangerang: Bina Rupa Aksara
Bustan M M, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular,
Jakarta: Rineka Cipta
Data Registrasi Poliklinik Interna
RSJ Prof. dr. V.L. Ratumbuysang Tahun 2013
Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2014, Buku Panduan Magang Fakultas Kesehatan
Masyarakat Unsrat, Manado: FKM Unsrat
Kartikasari,A.N, 2009, Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul,
Kabupaten Rembang, Semarang: Universitas Diponogoro
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia,
(online) diakses http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 pada 27 Februari 2013
Rahajeng,
Tuminah, 2009, Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia, Jakarta : Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi
Badan Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Sugiharto, Aris
dkk, 2013, Faktor-Faktor Risiko
Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar), Semarang
: Universitas Diponogoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar