Sabtu, 25 Oktober 2014

diari gaje sang bocah tengil tentang si pria tak jelas

Tiga hari berada di tempat yang sama, waktu yang sama dan melakukan aktivitas yang tak jauh berbeda, namun sampai hari ini tak ada satu kata pun terucap dari bibir ini untukmu dan sebaliknya, yaa tak ada. Kita hanya membatasinya dengan sebuah tatapan tanpa sunggingan senyum disana. Berbatas sederatan kursi di tengah aula dengan peserta seminar lainnya mengelilingi kita, tetap saja ada yang membuat kita tak bisa saling tertawa, tak bisa saling menatap lebih dari satu detik, tak bisa berkata apalagi saling menyapa.
Entah separah apa yang kita pikirkan masing-masing tentang waktu itu, entah seperti apa kau menilai setiap hal yang terjadi waktu itu. Enam tahun berselang dan kita masih saja sama, diam tanpa kata, seramai apapun sekeliling kita, seberapa keras dentuman disisi kita, tetap saja tak  berubah. Hebatnya, kenapa kita harus tetap seperti ini, diusia kita yang bukan anak-anak lagi. Masih berharap, kita dapat mengawali sebuah lembaran baru di bab yang baru dengan mungkin seakan-akan kita baru bertemu saat ini, seakan-akan kau dan aku tak pernah bertemu sebelumnya dan seakan-akan kau melihat aku sebagai seseorang yang pantas untuk mengenalmu lebih baik lagi. Kata mereka, kau dan aku adalah dua orang yang tak semestinya saling diam seperti ini, kita punya banyak mimpi saat itu, kita punya banyak cerita di masa itu dan kita masih berharap untuk bisa terus bersama merangkai cerita petualangan kita dalam sebuah buku yang nantinya akan dicari banyak jiwa. Kata mereka kita punya banyak kesamaan, yaa benar, kata mereka kita terlalu bodoh jika harus terpisah, kita terlalu sering bersama, dan kita benar-benar saling melengkapi satu sama lain. Hari ini, aku masih berharap bahwa esok kita pasti bertemu, dan kisah kita akan dimulai kembali. Entah bagaimana ceritanya, aku yakin semesta mendengarnya.. dan itu pasti ..!!
Yaa.. awal yang baik di pagi ini ketika semua anak-anak sibuk dengan lembaran soal evaluasi, ada sebuah peristiwa yang aku pikirkan kemarin, seseorang memanggil namaku, memberi senyuman hangatnya dan tatapan yang lebih dari 5 detik .. terlihat bodoh saat hal ini terjadi, tapi itu luar biasa. Hanya untuk membantunya menyalakan pendingin di ruangan ini, tapi cukup untuk membuka sedikit percakapan antara aku dan dia. Enam tahun tanpa sepatah-katapun setidaknya cukup saat ada kata “ tolong, nyalakan ACnya” .. cukup membuat semangat untuk mengerjakan soal-soal evaluasi tadi. Sayangnya, selepas itu kami terlalu sibuk, dan terlihat terlalu menjaga diri kami masing-masing. Semoga saja nanti bisa bertemu lagi, dengan pembicaraan yang lebih lama dari pagi tadi, suasana yang lebih menyenangkan dan hati yang kosong tanpa ada orang lain disana (haha), dan betapa luar biasanya hari ini, senyuman lebih manis dan pembicaraan yang lebih panjang dan lebih baik daripada kemarin, semesta memberinya tepat pada waktunya
Hebatnya selang seminggu yang lalu, aku yang akhir-akhir ini lebih intens membuka page facebook dibanding jejaring sosial yang lain melihat statusnya (sebenarnya bukan dia yang kulihat) yang rasanya dia sedang berpikir banyak, dan merasakan hal yang tak mengenakan hatinya. Pembicaraan dimulai dan berakhir, dan tepat di akhir pembicaraan itu baru aku sadar kalau bukan dia yang sebenarnya aku maksud, bukan dia yang kupikir sebelumnya, tapi dia terlihat menikmati membalas setiap teks yang aku kirim, dan tak secanggung laku kita sebelumnya. Sebenarnya malu pada akhirnya, tapi tak masalah karena dia pun tak tahu kalau keliru (salah orang membawa senyuman hehe’..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar